Jumaat, Julai 24, 2009

Ulangtahun Kelahiran

23 Julai 2009, Ulangtahun Kelahiran ke 43

Semoga kehidupan hari2 mendatang akan diberkati Allah

baca lagi

Ahad, Julai 12, 2009

Rabu, Julai 08, 2009

Temuduga SPP

Tarikh:  30 Julai 2009.

Masa   : 7.30 pagi

Tempat: Bilik Mawar, Tingkat 3,

             Pej S/Usaha Kerajaan P.Pinang.

Mohon teman-teman mendoakan kejayaan saya.

Selasa, Julai 07, 2009

Iman Semut Vs Iman Manusia

IMAN SEMUT... 

Di zaman Nabi Allah Sulaiman berlaku satu peristiwa, apabila Nabi Allah Sulaiman nampak seekor semut melata di atas batu; lantas Nabi Allah Sulaiman merasa hairan bagaimana semut ini hendak hidup di atas batu yang kering di tengah-tengah padang pasir yang tandus. Nabi Allah Sulaiman pun bertanya kepada semut: "Wahai semut apakah engkau yakin ada makanan cukup untuk kamu". 

Semut pun menjawab: "Rezeki di tangan ALLAH, aku percaya rezeki di tangan ALLAH, aku yakin di atas batu kering di padang pasir yang tandus ini ada rezeki untuk ku". 

Lantas Nabi Allah Sulaiman pun bertanya: "Wahai semut, berapa banyakkah engkau makan? Apakah yang engkau gemar makan? Dan banyak mana engkau makan dalam sebulan?" 

Jawab semut: "Aku makan hanya sekadar sebiji gandum sebulan". 

Nabi Allah Sulaiman pun mencadangkan: "Kalau kamu makan hanya sebiji gandum sebulan tak payah kamu melata di atas batu, aku boleh tolong". Nabi Allah Sulaiman pun mengambil satu bekas, dia angkat semut itu dan dimasukkan ke dalam bekas; kemudian Nabi ambil gandum sebiji, dibubuh dalam bekas dan tutup bekas itu. Kemudian Nabi tinggal semut didalam bekas dengan sebiji gandum selama satu bulan. Bila cukup satu bulan Nabi Allah Sulaiman lihat gandum sebiji tadi hanya dimakan setengah sahaja oleh semut, lantas Nabi Allah Sulaiman menemplak semut: "Kamu rupanya berbohong pada aku!. Bulan lalu kamu kata kamu makan sebiji gandum sebulan, ini sudah sebulan tapi kamu makan setengah". 

Jawab semut: "Aku tidak berbohong, aku tidak berbohong, kalau aku ada di atas batu aku pasti makan apapun sehingga banyaknya sama seperti sebiji gandum sebulan, kerana makanan itu aku cari sendiri dan rezeki itu datangnya daripada Allah dan Allah tidak pernah lupa padaku. Tetapi bila kamu masukkan aku dalam bekas yang tertutup, rezeki aku bergantung pada kamu dan aku tak percaya kepada kamu, sebab itulah aku makan setengah sahaja supaya tahan dua bulan. Aku takut kamu lupa". 

Itulah Iman Semut!! 

IMAN MANUSIA?? 

Di zaman Imam Suffian, ada seorang hamba Allah yang kerjanya mengorek kubur orang mati. Kerja korek kubur orang mati bukan kerja orang ganjil. Bila ada orang mati, mayat terpaksa ditanam, oleh itu kubur perlu digali dulu. Tetapi yang ganjil mengenai hamba Allah ini ialah dia tidak gali kubur untuk tanam mayat.Sebaliknya apabila orang mati sudah ditanam, waris sudah lama balik ke rumah dan Munkar Nakir sudah menyoal, barulah penggali ini datang ke kubur untuk korek balik. Dia nak tengok macam mana rupa mayat setelah di "interview" oleh Munkar Nakir. Dia korek 1 kubur, 2 kubur, 3 kubur, 10 kubur, 50 kubur sampai 100 kubur. Lepas itu, penggali pergi kepada Imam Suffian dan bertanya kepadanya: "Ya Imam, kenapakah daripada 100 kubur orang Islam yang aku gali, dua sahaja yang mana mayat di dalamnya masih berhadap kiblat. Yang 98 lagi sudah beralih ke belakang?". 

Jawab Imam Suffian: Diakhir zaman hanya 2 dari 100 umat Islam yang percaya rezeki itu di tangan Allah. 98 orang lagi tidak percaya bahawa rezeki di tangan Tuhan". 


RENUNG-RENUNGKAN & SELAMAT BERAMAL...

Khamis, Julai 02, 2009

Surat Dari Seorang Ayah

Aku tuliskan surat ini atas nama rindu yang besarnya hanya Tuhan yang tahu.

Sebelum kulanjutkan, bacalah surat ini sebagai surat seorang ayah kepada anaknya yang sesungguhnya bukan miliknya, melainkan milik Rabbnya.

Nak, menjadi ayah itu indah dan mulia.

Besar kecemasanku menanti kelahiranmu dulu belumlah hilang hingga saat ini.

Kecemasan yang indah karena ia didasari sebuah cinta. Sebuah cinta yang telah terasakan bahkan ketika yang dicintai belum sekalipun kutemui.

Nak, menjadi ayah itu mulia.

Meskipun demikian, ketahuilah Nak, menjadi ayah itu berat dan sulit.

Tapi kuakui, betapa sepanjang masa kehadiranmu disisiku, aku seperti menemui keberadaanku, makna keberadaanmu, dan makna tugas kebapakanku terhadapmu.

Sepanjang masa keberadaanmu adalah salah satu masa terindah dan paling aku banggakan di depan siapapun.

Bahkan dihadapan Tuhan., ketika aku duduk berduaan berhadapan dengan-Nya, hingga saat usia senja ini.

Nak, saat pertama engkau hadir, kucium dan kupeluk engkau sebagai buah cintaku dengan ibumu.

Sebagai bukti bahwa aku dan ibumu tak lagi terpisahkan oleh apapun jua.

Tapi seiring waktu, ketika engkau beranjak dewasa maka akhirnya suatu kali engkaupun mulai mampu berkata: “TIDAK”, timbul kesadaranku siapa engkau sesungguhnya.

Engkau bukan lagi milikku dan juga milik ibumu lagi Nak.

Sesungguhnya engkau lahir bukan karena cintaku dan cinta ibumu.

Engkau adalah milik Tuhan.

Tak ada hakku menuntut pengabdian darimu. Karena pengabdianmu semata-mata seharusnya hanya untuk Tuhan.

Nak, sedih, pedih dan terhempaskan rasanya menyadari siapa sebenarnya aku dan siapa engkau.

Dan dalam waktu panjang di malam-malam sepi, kusesali kesalahanku itu sepenuh -penuh air mata dihadapan Tuhan.

Syukurlah, penyesalan itu mencerahkanku.

Sejak saat itu Nak, satu-satunya usahaku adalah mendekatkanmu kepada pemilikmu yang sebenarnya.

Membuatmu senantiasa berusaha memenuhi keinginan pemilikmu.

Melakukan segala sesuatu karena-Nya, bukan karena aku dan ibumu.

Tugasku bukan membuatmu dikagumi orang lain, tapi agar engkau dikagumi dan dicintai oleh Tuhan.

Inilah usaha terberatku Nak, karena artinya aku harus lebih dulu memberi contoh kepadamu dekat dengan Tuhan.

Keinginanku harus lebih dulu sesuai dengan keinginan Tuhan., agar perjalananmu mendekati-Nya tak lagi terlalu sulit.

Kemudian kita pun memulai perjalanan itu berdua, tak pernah engkau kuhindarkan dari kerikil tajam dan lumpur hitam..

Aku cuma menggenggam jemarimu dan merapatkan jiwa kita satu sama lain. Saat engkau mengeluh letih berjalan, kukuatkan engkau karena kita memang tak boleh berhenti.

Perjalanan mengenal Tuhan tak kenal letih dan berhenti, Nak. Berhenti berarti mati, inilah kata-kataku tiap kali memeluk dan menghapus air matamu, ketika engkau hampir putus asa.

Akhirnya Nak,
kalau nanti, ketika semua manusia dikumpulkan dihadapan Tuhan, dan kudapati jarakku amat jauh dari-Nya, aku akan ikhlas. Karena seperti itulah aku didunia.

Tapi, kalau boleh aku berharap, aku ingin saat itu aku melihat dirimu dekat dengan Tuhan..

Aku akan bangga Nak, karena itulah bukti bahwa semua titipan bisa kita kembalikan kepada pemiliknya.